BTS dalam Mengatasi "Black Swan": Sebuah Analisis Global Entertainment Media
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, media dengan mudah menyebarkan pengaruh dalam berbagai bidang, mulai dari politik, sosial, ekonomi, budaya, dan termasuk juga bidang entertainment atau hiburan. Media sangat berdampak pada industri hiburan dunia dalam hal memproduksi, menyebarkan, dan mempopulerkan konten-kontennya, sehingga terciptanya global entertainment media. Menurut Tanner Mirrlees (2013), global entertainment media mengacu pada produk media yang diproduksi, didistribusikan, dipasarkan, dipamerkan, dan dikonsumsi di banyak negara yang berbeda, yang bertujuan untuk memberikan hiburan dan keuntungan bagi para konglomerat media. Global entertainment media melintasi batas-batas nasional dan budaya, mempromosikan konsumerisme dalam tema dan format, menyesuaikan dengan norma budaya lokal, dan memengaruhi tatanan sosial dalam banyak hal (Artz, 2015). Dalam hal ini, media mendorong terjadinya cultural globalization, di mana terjadinya pertukaran ide, makna, dan nilai-nilai di seluruh dunia sehingga memperluas hubungan sosial. Salah satu contoh global entertainment media adalah produk-produk hiburan Korea Selatan yang sekarang sedang berada dalam gelombang popularitas.
Hallyu atau yang lebih umum dikenal sebagai korean wave adalah sebuah fenomena meledaknya popularitas budaya Korea Selatan di berbagai belahan dunia lainnya (Sari & Chandrabuwono, 2020). Produk budaya yang merebak termasuk musik, tarian, film, serial dan acara televisi, mode, bahasa, kuliner, dan lain sebagainya. Satu bidang yang tumbuh lebih pesat dibandingkan bidang lainnya di abad ke-21 ini adalah K-pop atau musik pop Korea yang mencakup dance-pop, ballad-pop, techno, rok, hip-hop, R&B, dan lain-lain. Selama beberapa tahun terakhir, dunia K-pop telah dirajai oleh sebuah boygroup beranggotakan tujuh orang yang bernama BTS atau Bangtan Sonyeondan. Dikutip dari situs resmi Big Hit Music, BTS yang juga dikenal sebagai Beyond the Scene, adalah sebuah grup Korea Selatan yang memulai debutnya pada 12 Juni 2013. Anggota BTS adalah RM, Jin, Suga, J-Hope, Jimin, V, dan Jungkook.
BTS menduduki puncak tangga lagu Billboard 200 pada tahun 2019 dan mendapatkan penghargaan Top Social Artist selama tiga tahun berturut-turut di Billboard Music Awards. Selain itu, mereka juga telah dinominasikan untuk penghargaan Best Pop Duo/Group Performance untuk Grammy ke-63 dan memenangkan berbagai penghargaan bergengsi lainnya seperti American Music Awards dan MTV Video Music Awards. Pencapaian mereka tersebut menarik perhatian dunia dan membuat mereka diakui atas musik otentik yang diproduksi sendiri, penampilan terbaik, dan cara mereka berinteraksi dengan para penggemar. Seperti yang dilansir oleh BBC pada Maret 2020, BTS membuat musik yang ingin didengarkan orang dengan subjek yang jarang diangkat oleh grup lainnya, seperti bullying, elitism, dan kesehatan mental. Selain itu, tarian yang apik dan video musik yang sangat mengesankan juga memberikan banyak kontribusi dalam menarik penggemar.
Dikenal dengan nama ARMY atau singkatan dari Adorable Representative MC for Youth, fandom K-pop yang diresmikan pada 9 Juli 2013 tersebut merupakan yang terbesar di dunia saat ini. Fandom sendiri merupakan singkatan dari fans’ kingdom, yaitu istilah yang mengartikan sebuah subkultur, berbagai hal dan kegiatan yang berkenaan dengan penggemar dan kegemarannya (Hollows dalam Eliani dkk, 2018). Jumlah total dari ARMY tidak dapat dipastikan, tetapi jumlah pengikut yang dimiliki BTS di akun-akun media sosial mereka dapat memberikan gambaran akan seberapa besar fandom tersebut. Sampai saat ini (15/07/2022), BTS memiliki lebih dari 69 juta subscribers di YouTube, 66 juta pengikut di Instagram, dan 46 juta pengikut di Twitter. Dengan jumlah pengikut yang sangat banyak, boygroup Korea Selatan yang satu ini tentunya akan memberikan dampak besar tidak hanya di negara asalnya, tetapi juga di seluruh dunia.
Pada 17 Januari 2020 yang lalu, BTS merilis single pertama dari album mereka Map of the Soul: 7 berjudul "Black Swan". Lagu bergenre emo hip-hop ini menyatukan sentuhan cloud rap yang indah, ketukan drum trap, suara gitar lo-fi yang menyedihkan, dan hook yang menarik untuk menciptakan harmoni yang sempurna. Walaupun “Black Swan” dilabeli sebagai musik K-pop produksi Korea Selatan, tetapi lagu ini tidak sepenuhnya berkebudayaan Korea. “Black Swan” diproduksi oleh komposer Korea Selatan bernama Pdogg bersama dengan anggota BTS RM serta tiga komposer lainnya, August Rigo, Vince Nantes, dan Clyde Kelly. August Rigo merupakan komposer asal Filipina-Kanada, Vince Nantes asal Filipina-Amerika, dan Clyde Kelly asal Amerika. Lagu tersebut juga ditulis menggunakan dua bahasa, yaitu Korea dan Inggris.
“Black Swan" menceritakan tentang ketakutan tergelap BTS, di mana musik suatu hari akan berhenti menyentuh atau menggerakkan mereka. Ini mengacu pada kutipan terkenal oleh koreografer dan penari terbesar TIME abad ke-20 Martha Graham, "Seorang penari mati dua kali — sekali ketika mereka berhenti menari, dan kematian pertama ini lebih menyakitkan." Sama seperti seorang penari yang akan kehilangan tujuannya ketika ia tidak lagi dapat mengekspresikan diri melalui tarian, kematian pertama seorang seniman terjadi ketika ia berhenti mengekspresikan diri melalui seni. Hal yang sama juga berlaku untuk BTS. Ketika mereka berhenti menciptakan musik, atau ketika mereka tidak lagi memiliki gairah untuk musik, maka itu adalah "kematian pertama" mereka. Ketakutan tersebut digambarkan dalam lirik yang dinyanyikan oleh Suga, “Jantungku tidak berdetak lagi saat mendengarkan musik. Seolah waktu telah berhenti. Itu akan menjadi kematian pertamaku yang selalu kutakuti” dan RM, “Jika ini (musik) tidak bisa lagi beresonansi, jika ini (musik) tidak lagi bisa membuat jantungku bergetar, mungkin aku akan mati dengan ‘kematian pertamaku’ seperti ini. Tapi bagaimana jika momen itu adalah sekarang?”
Paruh pertama lagu ini penuh dengan krisis eksistensial, ketidakamanan, keraguan diri, dan ketakutan yang sangat besar akan kehilangan hasrat mereka terhadap musik. “Lautan dengan semua cahaya tertutup" seolah-olah mereka mengungkapkan bagaimana lautan tanpa cahaya adalah seperti kesuksesan tanpa kebahagiaan. Beberapa ARMY juga berteori bahwa penggunaan auto-tune yang sangat berat bertujuan untuk membuat suara anggota terdengar seperti dimanipulasi sehingga susah dibedakan satu sama lain. Ini merepresentasikan stres dan kecemasan ketika mereka kehilangan kreativitas dan ide-ide orisinal mereka. BTS menegaskan bahwa terlepas dari penghargaan dan rekor yang tak terhitung jumlahnya, kekayaan berlimpah, serta ketenaran yang terus meningkat, mereka adalah seniman, dan hal terpenting bagi mereka adalah seni (musik, visual, tarian) yang mereka ciptakan.
"Black Swan" mengambil titik balik di paruh kedua lagu tersebut, di mana krisis yang mereka alami mencapai penyelesaian. BTS menyatakan dengan jelas bagaimana mereka tidak akan membiarkan ketakutan tersebut mengalahkan mereka dan akan melawannya dengan suara mereka. Jin bernyanyi, “Tidak ada yang bisa menelanku. Aku berteriak dengan sekuat tenaga.” Paruh kedua lagu menggambarkan kesadaran yang diperoleh setiap anggota bahwa hanya musiklah yang mereka miliki. Maka dari itu, mereka akan terus bangkit walaupun kerap kali berhadapan langsung dengan "black swan" di dalam diri mereka.
Lagu ini sangat jujur, penuh dengan emosi mentah dari setiap anggota, seakan BTS berusaha memperdengarkan sisi rapuh mereka kepada dunia, bukan hanya sisi mereka sebagai idola yang selalu terlihat sempurna. Mereka terdengar seperti ingin mengatakan bahwa idola pun hanyalah manusia yang mempunyai kelemahan dan kecemasan tertentu. Lagu tersebut juga lugas, tidak menutupi kebenaran dengan kegembiraan palsu dan nada-nada ceria, tetapi hanya menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan: rasa sakit karena kehilangan gairah pada sesuatu yang pernah benar-benar dinikmati. Pendengar dapat merasakan keputusasaan, frustrasi, dan tekanan dengan sedikit kesedihan saat mendengarkan lagu tersebut. “Black Swan" adalah pengakuan seorang seniman yang telah benar-benar belajar apa arti musik bagi dirinya sendiri.
BTS merilis sebuah music video (MV) sebagai pelengkap “Black Swan” beberapa bulan setelah lagunya dipublikasikan. Hingga saat ini (15/07/2022), video musik tersebut telah ditonton sebanyak lebih dari 405 juta kali dan merupakan salah satu video musik K-Pop yang paling banyak ditonton sepanjang masa. Suasana keseluruhan dari MV itu gelap dan sendu, tidak ada warna-warna cerah ataupun momen-momen ceria yang ditampilkan. Di awal video, para anggota berada di tengah panggung teater yang besar dan remang-remang memakai pakaian berwarna putih tanpa alas kaki. Adegan tersebut memberikan kesan seperti keadaan sekitar yang sedang menekan para anggota yang masih murni hingga mereka terlihat sangat kecil di tengah-tengah keadaan suram yang terus menindas mereka.
MV “Black Swan” direkam di sebuah teater besar dengan latar klasik yang indah dan megah, mewakili teater klasik di mana pertunjukan balet “Swan Lake” biasanya berlangsung. Namun, tidak seperti suasana teater yang biasanya dipenuhi oleh penonton, suasana melankolis membuat teater tersebut terasa dingin dan kosong. Di sepanjang video, banyak adegan yang memperlihatkan setiap anggota sendirian, tetapi tarian mereka selalu dilanjutkan bersama-sama, menunjukkan bahwa BTS adalah satu kesatuan atau seorang pribadi yang sama.
Berhubungan dengan hal itu, terlihat juga bayangan-bayangan yang selalu berada di belakang para anggota, di mana bayangan-bayangan tersebut melambangkan keraguan diri yang menumpuk dan menghantui mereka. Di salah satu adegan, Jin sedang berada di ruangan yang penuh dengan cermin, tetapi bayangannya tidak mengikuti apa yang dia lakukan. Adegan tersebut adalah referensi untuk film horor tahun 2010 dengan judul yang sama, yang menekankan bahwa keraguan dan kurangnya kesadaran diri pada akhirnya dapat menyebabkan seseorang kehilangan dirinya sendiri dan gairah mereka.
Pada pertengahan video, pakaian yang dikenakan para anggota berubah menjadi hitam. Hal ini sebenarnya berdasar pada teori Map of the Soul oleh Carl Jung (1998), yang mengatakan bahwa setiap orang mempunyai dua sisi pada dirinya. Pakaian berwarna putih yang dikenakan BTS di awal mewakili sisi persona mereka, yaitu citra seseorang yang dibangun untuk membentuk opini orang lain mengenai dirinya. Sedangkan, pakaian hitam mewakili sisi shadow, yaitu unsur di dalam diri seseorang yang ingin disembunyikan.
Selama ini, BTS hanya menampilkan sisi persona mereka di depan para penggemar dan berusaha menekan sisi shadow mereka. Hal tersebut membuat sisi shadow mereka lama-lama semakin berkembang secara tidak terkontrol karena tidak ditangani dengan baik, menyebabkan rasa tidak aman dan keraguan diri yang besar. Maka dari itu, pakaian hitam juga melambangkan penerimaan diri, di mana BTS akhirnya menerima sisi diri mereka sebagai “angsa hitam” dan bukan hanya sebagai “angsa putih”. Ini juga dilambangkan ketika sepasang sayap hitam muncul di punggung Jimin, menandakan perubahannya sebagai “angsa hitam”. Ketika para anggota akhirnya bisa menerima kedua sisi dari diri mereka, dapat dilihat di akhir video bahwa bayangan yang menghantui Jungkook pun hilang.
Analisis yang dilakukan oleh penulis berdasar pada teori Immanuel Kant (1911) tentang Critique of Judgement dan esai Jaques Derrida (2010) yang berjudul The Parergon. Lagu dan video musik “Black Swan” memiliki makna yang mendalam tentang krisis eksistensial, kecemasan, dan keraguan diri, yang dibalut dengan keindahan dan emosi dari setiap anggotanya. Melalu karya ini, BTS memberikan pesan yang kuat tidak hanya tentang cinta dan gairah mereka terhadap musik, tetapi juga tentang pentingnya kesehatan mental, sebuah topik yang sering diabaikan. Mereka mendorong penggemarnya untuk mengenal, menerima, dan mencintai diri mereka apa adanya dan membantu orang untuk lebih jujur pada diri mereka sendiri. Secara tidak langsung, BTS telah memberikan andil dalam menghapus stigma tentang topik tersebut, sebuah tindakan yang terpuji dari ikon pop abad ke-21 itu.
Penulis: Vallerie Dominic
Daftar Pustaka
Artz, Lee. (2015). Global Entertainment Media: A Critical Introduction. Sussex, Inggris: Wiley Blackwell.
BBC. (2020, Maret 25). BTS: Who are They and How Did They Become So Successful? Diakses dari https://www.bbc.co.uk/newsround/45721656 pada 27 September 2021.
Derrida, J. (2010). The Parergon. The MIT Press, 9: 3-41.
Eliani, J. dkk. (2018). Fanatisme dan Perilaku Agresif Verbal di Media Sosial pada Penggemar Idola K-pop. Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, 3 (1): 60.
Jung, Carl. (1998). Jung’s Map of the Soul: An Introduction. Open Court.
Kant, I. (1911). Critique of Judgement. Oxford University Press.
Mirrlees, T. (2013). Global Entertainment Media: Between Cultural Imperialism and Cultural Globalization. New York, Amerika: Routledge.
Sari, N. & Chandrabuwono, A. B. (2020, September). The Influence of Hallyu Wave on Students' Lifestyle Community Members of Korea Study Center of Lambung Mangkurat University. VoxPop, 2 (1): 38.